Ahad, 23 Juli 2023. Majelis lingkungan Hidup (MLH)
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah melakukan pendampingan para
petani warga Muhammadiyah melalui kunjungan dan studi budidaya kemukus ke Muntilan
Kabupaten Magelang.
Ada sekitar 70 peserta petani dan
pelaku usaha yang hadir dalam acara tersebut. Mereka berasal dari berbagai
daerah di Jawa Tengah, mulai dari Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang,
Banyumas, Bantul, Jepara, dan Salatiga.
Masing-masing tergabung dalam
beragam kelompok, mulai dari Jama’ah Tani Muhammadiyah (JATAM), Jaringan
Saudagar Muhammadiyah (JSM), Kelompok Tani Hutan (KTH), serta para kelompok
tani lainnya.
Dalam menyelenggarakan acara ini,
MLH Jateng menggandeng Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), Majelis
Pendayagunaan Wakaf (MPW), Majelis Ekonomi Bisnis dan Pariwisata (MEBP).
Sinergi antar majelis ini diharapkan dapat memaksimalkan misi Muhammadiyah
dalam menyejahterakan umat melalui pertanian komoditas strategis yang ramah
lingkungan.
Acara ini terbagi menjadi dua
sesi, sesi pertama adalah
mengunjungi kebun kemukus dan menyaksikan langsung pohon dan buahnya. Para
peserta tani dan saudagar Muhammadiyah tampak mengamati dan menggali informasi
dari pengelola kebun. Selama di kebun, para peserta dijelaskan berapa usia
pohon kemukus berbuah, cara perawatannya, berapa ketinggian tanah dan suhu yang
cocok, hingga hama dan penyakitnya.
Budidaya kemukus yang diterapkan juga
menggunakan standar organik, mengingat minat pasar ekspor hari ini adalah hasil
pertanian organik. Di pasar ekspor, kemukus akan diperlukan sebagai bahan obat
hingga kuliner di Eropa.
Selain sehat dan aman dikonsumsi,
budidaya pertanian organik juga ramah lingkungan sehingga selaras dengan dakwah
lingkungan, menyelamatkan bumi.
Harga komoditi organik juga
memiliki nilai jual lebih tinggi sehingga dapat memakmurkan petani. Pertanian
pun juga berpeluang untuk membuka ceruk rezeki lainnya, seperti sektor
pariwisata, edukasi dan pengolahan pangan.
Sebagai gambaran umum, pohon
kemukus adalah tumbuhan endemic asli Indonesia. Kemukus adalah jenis tanaman
epifit, dimana ia tumbuh dan hidup menempel pada pohon lainnya. Mirip seperti
Anggrek. Meski merambat, kemukus tidak mematikan pohon yang dirambatinya sebab
pohon ini bukan parasit. Akarnya hanya digunakan untuk menempel.
Jadi, untuk membudidayakan tanaman ini diperlukan pohon inang sebagai tajarnya. Ada pun tajarnya bisa menggunakan berbagai jenis pohon, tapi lebih disarankan menggunakan pohon Resede.
Buah kemukus berwarna hijau dan
akan kemerahan saat sudah masak. Ketika dimakan, rasanya campuran antara pedas
dan mint, agak mirip seperti rasa manisan buah pala. Buah kemukus bisa
dikeringkan untuk penyimpanannya.
Memproduktifkan Lahan Wakaf dengan “Green Gold Mining”
Usai mengunjungi kebun kemukus,
acara dilanjutkan pada sesi kedua
yakni sosialisasi materi budidaya tanaman kemukus di balai desa Margoyoso, kecamatan Salaman, kabupaten Magelang. Kedatangan para peserta disambut oleh bapak Ahmad Taryadi,
selaku ketua Gapoktan desa Margoyoso yang menjadi tuan rumah dalam acara ini.
Adapun maksud dan tujuan kegiatan
ini dijelaskan langsung oleh bapak Casroni Raska, Sekretaris MLH Muhammadiyah Jateng
dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan pendampingan petani dan studi
budidaya Kemukus ini adalah salah satu amanah MLH untuk memproduktifkan lahan
wakaf maupun lahan-lahan warga di Jawa Tengah. Program wakaf produktif menjadi key performance indicator (KPI) MLH Jawa
Tengah periode ini.
Langkah penting untuk memproduktifkan lahan wakaf harus menggunakan produk atau komoditi yang menarik dan strategis. Salah satunya adalah pohon kemukus. Harapannya, kemukus dapat menjadi trigger (pemicu) produktifitas lahan wakaf Muhammadiyah di wilayah Jawa Tengah dan membuka peluang ekonomi turunan lain berikutnya.
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng sekaligus Pembina Majelis, bapak Muhammad Abduh Hisyam, S.Ag menyambut baik kegiatan ini. Dalam sambutannya, beliau mendukung kolaborasi yang dilakukan MLH Muhammadiyah Jateng dengan jamaah tani-saudagar Muhammadiyah, Majelis-Majelis Muhammadiyah dan masyarakat lebih luas untuk memakmurkan petani dan berkontribusi pada umat dan Persyarikatan. Beliau juga meminta budidaya kemukus agar dilakukan secara serius mengingat ini adalah komoditas ekspor.
Adapun materi inti disampaikan oleh bapak Heming, selaku pendamping petani kemukus untuk pasar ekspor. Beliau menjelaskan bahwa kemukus adalah tanaman endemic khas Indonesia yang nilai jualnya tinggi. Kebutuhan pasar internasional terhadap komoditas ini sangat besar namun supply-nya masih kecil, terutama yang dihasilkan dari budidaya pertanian organik. Baru sekitar 2% kuota ekspor saja yang bisa dipenuhi oleh Indonesia. Sebab itu, tanaman ini punya peluang ekonomi yang masih besar dan lebar.
Hebatnya lagi, tanaman kemukus
berusia sangat panjang sehingga bisa diwariskan kepada anak-cucu ke depan. Maka
tidak salah bila komoditi ini dijuluki sebagai “Green Gold Mining” atau tambang emas hijau.
Budidaya Kemukus adalah langkah awal menuju kegiatan ekonomi terpadu ke arah pertanian, peternakan, perikanan, agroindustri, dan agrowisata.
90% keberhasilan budidaya kemukus ditentukan oleh kondisi tanah. Sebab itu, penyuburan tanah melalui sistem pertanian organik menjadi keharusan. Selain organik, budidaya kemukus juga baiknya dikelola secara profesional, layaknya manajemen perkebunan modern. Hal inilah yang belum banyak dilakukan oleh petani kita. Padahal jika dikelola secara modern maka hasilnya akan lebih maksimal.
Acara ditutup dengan penyerahan bibit pohon alpukat dan durian dari Pembina Majelis Lingkungan Hidup PWM Jawa Tengah, bapak Muhammad Abduh Hisyam, S.Ag kepada mas Walkomar selaku Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Tirta Harapan Desa Jatingarang, Kecamatan Bodeh, Pemalang dan kepada bapak Arfani Abbas selaku perwakilan dari Majelis Pendayaan Wakaf (MPW) PDM Pemalang. Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi foto bersama.
Posting Komentar untuk "MLH PWM Jateng Melakukan Pendampingan Budidaya Kemukus pada Petani untuk Pasar Ekspor"