Perlunya Kolaborasi Lintas Sektoral dalam Mitigasi Bencana secara Berkelanjutan

Senin, 06 November 2023, Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PWA Jawa Tengah mengadakan Webinar dengan tema “Mari Sukseskan dan Persiapan Kegiatan Tanam Pohon Pola Asuh”. Program ini dipersiapkan oleh LLHPB PWA Jateng dalam rangka menghadapi krisis iklim.

Program mitigasi iklim ini akan dilaksanakan dalam rentang tiga bulan meliputi: (1) Hari Menanam Pohon yang dilaksanakan pada 28 November 2023, (2) Bulan Menanam Pohon yang dilaksanakan pada Desember 2023, (3) Hari Gerakan Satu Juta Pohon yang dilaksanakan pada 10 Januari 2024.

Acara Webinar dihadiri oleh Ketua PWA Jawa Tengah Eny Winaryanti, Wakil Ketua PWA Jawa Tengah Koordinator Bidang LLHPB Sri Gunarsih, dan Ketua LLHPB PWA Jawa Tengah, Lilik Tri Prihantini, dan dimoderatori oleh Jamilah Herawati, anggota LLHPB PWA Jawa Tengah.

Dalam pemaparannya, Lilik Tri Prihantini Ketua LLHPB PWA Jawa Tengah menyebut bahwa udara bersih adalah salah satu penopang pola hidup sehat yang dapat diperoleh dari pohon yang sehat. Penanaman pohon diharapkan dapat memitigasi terjadinya bencana.

Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah turut diundang dan mengikuti webinar yang diselenggarakan LLHPB PWA Jateng. Menurut MLH PWM Jawa Tengah, diperlukan kolaborasi dan gotong royong lintas sektoral guna menyukseskan program penanaman pohon, mengingat tantangan yang ada di lapangan.

Sekretaris MLH PWM Jateng, Bapak Casroni Raska, S.Psi., Psi. mengapresiasi gagasan program LLHPB PWA Jateng karena mengajarkan bahwa tanaman harus betul-betul “diasuh” supaya pohon tumbuh sehat sampai berbuah. Hanya saja, program menanam pohon cukup sulit dilakukan di hutan gundul dengan luas ratusan hektar dan tidak ada sumber air di sana.

Bapak Casroni pun berbagi pengalamannya saat menanam pohon durian di hutan dengan luas 50 hektar. Ketika tiba musim kemarau, pohon durian yang ditanam pun mati kekeringan sebab tidak air di hutan untuk menyiraminya. Selain itu, kemarau juga memicu kebakaran hutan yang menghanguskan pohon durian yang berhasil hidup.

Selain persoalan air dan kebakaran, tantangan lainnya adalah soal keamanan. Terutama bila pohon yang ditanam memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Bapak Judie Artha Kusuma, S.T, Anggota MLH PWM Jateng dan Praktisi Peternakan Terpadu, berbagi pengalamannya saat menanam rumput untuk pakan kambing ternak miliknya. Faktanya, rumput miliknya sering “dipanen” orang lain padahal sudah ditanam di pekarangan sendiri.

Rumput saja bisa dicuri, apalagi tanaman yang bernilai ekonomi tinggi seperti durian? Tidak adanya jaminan keamanan di sektor agrobisnis bisa mematahkan semangat masyarakat dalam memproduktifkan lahan.

Ketua MLH PWM Jawa Tengah, Bapak Dr. Mohammad Sobri, S.Pt., M.P. menekankan perlunya IPTEK dan koordinasi serta kolaborasi banyak pihak agar program penanaman pohon untuk mitigasi bencana dapat sukses dilakukan.

IPTEK diperlukan untuk memproduksi pupuk secara massal serta menata lahan yang luas, seperti hutan. Produksi pupuk organik sangat penting agar tanah sehat dan “layak huni” untuk pohon. Sementara penataan lahan, seperti pembuatan terasiring, diperlukan agar pupuk dan humus tanah tidak hanyut terbawa air. Diperlukan teknologi dalam menata tanah skala luas, mengingat sangat terbatasnya tenaga manusia.

Sementara kolaborasi diperlukan agar agenda mitigasi lingkungan lebih efektif, terkoordinir dengan baik dalam satu ekosistem yang saling menguatkan. Misalnya, MLH bergerak dalam mengelola sampah menjadi pupuk dan energi untuk memback-up jutaan pohon yang ditanam oleh LLHPB PWA maupun instansi pemerintah dan lembaga lainnya agar tidak mati.

Diperlukan pula kolaborasi dengan Majelis lain yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat, ekonomi, pariwisata, dan pendidikan agar program mitigasi bencana dan penyelamatan bumi tidak bertabrakan dengan kepentingan ekonomi masyarakat. Ekonomi dan lingkungan harus berjalan selaras.

Contohnya, seperti masih adanya masyarakat yang cenderung mengorbankan pohon-pohon besar untuk melindungi tanaman komoditi panen mereka. Sebab pohon kecil, misalnya jagung, akan kalah oleh pohon besar saat berebut sinar matahari dan makanan di tanah. Jika pohon besar dikorbankan, maka akan memicu terjadinya banjir, longsor, dan hilangnya humus tanah.

*(mlhjateng/alif.s)

Posting Komentar untuk "Perlunya Kolaborasi Lintas Sektoral dalam Mitigasi Bencana secara Berkelanjutan"