MLH PWM Jawa Tengah Presentasikan Konsep AUM Pengelola Sampah di LPM UMY


Sabtu, 3 Februari 2024 rombongan pengurus Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PWM Jawa Tengah berkunjung ke Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Muhammadiah Yogyakarta (UMY) guna mempresentasikan konsep AUM Pengelola Sampah yang berkemajuan.

Perjalanan rombongan pengurus dimulai dari Pati, dari kediaman bapak Sunaryo, anggota MLH Jawa Tengah, dan Dr. Muhammad Sobri, Spt., M.P., ketua MLH Jawa Tengah, pada pukul 06.30 pagi hari. Lalu, perjalanan berlanjut ke Kudus, Semarang, dan melalui Kota Salatiga untuk menjemput anggota MLH Jawa Tengah lainnya, yakni Irwan Setiabudi, M.M.R., Judie Artha Kusuma, S.T., dan Alif Syuhada.

Turut hadir pula Dr. Muhammad Imron Rosyidi, S.T., M.Si., anggota MLH Jawa Tengah yang berangkat dari Yogyakarta dan bapak Sutaryono dari MLH PDM Klaten. Rombongan tiba di UMY sekitar pukul 13.00 WIB, disambut oleh Dr. Ir. Gatot Supangkat, M.P., IPM. wakil ketua MLH Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan kepala LPM UMY.

Di awal pembahasan, bapak Gatot Supangkat menyampaikan minat MLH PP Muhammadiyah untuk membuat AUM yang bergerak di bidang lingkungan, atau “Waste Ecopreneurship” yang berbasis Sustainable Development Goals (SDGs).

Ada beberapa konsep amal usaha yang pernah coba digagas, seperti pendirian program studi lingkungan di sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah, layanan penyusunan analisis dampak lingkungan (AMDAL), pengelolaan limbah B3, hingga kini tertarik dengan konsep AUM pengelola sampah yang ditawarkan MLH Jawa Tengah.

Menyusun AUM pengelola sampah menjadi tantangan tersendiri, mengingat ini adalah ide baru di Muhammadiyah yang selama ini bergerak dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Jadi belum terbiasa dengan jenis usaha di luar kedua bidang tersebut. Hal ini tentu menjadi tantangan MLH kedepan untuk menyusun model amal usaha yang tepat di bidang lingkungan hidup.

Menurut bapak Gatot, teknologi Bioreaktor Kapal Selam (BKS) temuan Dr. Muhammad Sobri, Spt., M.P., yang akan digunakan dalam AUM pengelola sampah itu cocok digunakan untuk mengolah organic. Terlebih sampah organic seperti food waste menjadi jenis sampah paling banyak di Indonesia, yakni sebanyak 60% dari total timbulan sampah.

Kebutuhan akan jasa pengolahan sampah organic, terutama food waste, sangat cocok di wilayah perkotaan padat. Lalu, teknologi BKS sendiri juga sangat cocok bila digunakan dalam konsep intergrated farming sebagai solusi krisis pangan di Indonesia.

Membangun Prototipe BKS

Bapak Judie Artha Kusuma S.T., menjadi pembicara utama MLH Jawa Tengah dalam mempresentasikan konsep AUM Pengelola sampah. Dalam paparannya, bapak Judie menjelaskan perbandingan dan keunggulan teknologi BKS dalam mengelola sampah organic.

Diantaranya keunggulannya adalah BKS tidak menghasilkan polusi, sebab tidak melakukan pembakaran sampah. BKS juga tidak menimbun sampah sehingga tidak menyebabkan pencemaran limbah air lindi. Jadi sampah diolah, bukan ditimbun. 

Selain itu, BKS juga selaras dengan ajaran Islam sebab menjaga hak hidup keanekaragaman microflora, alias hewan kecil tak kasat mata yang berperan penting untuk melestarikan alam.

Produk turunan BKS juga lebih beragam, mulai dari gas, listrik, pupuk kompos, hingga pupuk cair. Sedangkan pembakaran sampah menghasilkan batako, abu sekam, serta listrik. Biaya pembangunannya dapat dibilang lebih murah dibanding teknologi pengelolah sampah lainnya.

Rencananya, BKS akan dibangun di tiap kecamatan. Tujuannya untuk menekan biaya transportasi pengangkutan sampah. Jadi, biaya pengolahan sampah pun bisa lebih terjangkau oleh masyarakat.

Tak hanya itu. Adanya AUM pengelola sampah dapat menjadi sarana Muhammadiyah untuk memberdayakan masyarakat, membuka lapangan kerja, dan melebarkan syiar dakwah Muhammadiyah lebih mengakar di kalangan umat. Bahkan dapat juga dijadikan pusat wisata edukasi lingkungan Muhammadiyah.

Dengan demikian, keberadaan AUM pengelola sampah di tataran cabang-ranting akan mempertajam ujung tombak dakwah Muhammadiyah di kalangan masyarakat. Selain itu, diharapkan Muhammadiyah juga dapat memperoleh potensi ekonomi dari jasa pengambilan sampah dan dari penjualan produk maupun potensi usaha lain turunannya, seperti wisata edukasi, kafe, dan integrated farming guna memperkuat gerakan dakwahnya.

Mas Irwan Setiabudi menambahkan bahwa ini adalah momentum tepat bagi Muhammadiyah untuk membuat prototipe AUM pengelola sampah. Sebab Muhammadiyah akan menjadi pioneer Ormas Islam yang sudah memiliki model pengelola sampahnya sendiri.

Usai mendengar dari pemaparan dari MLH Jawa Tengah, bapak Gatot terlihat optimis bahwa MLH bisa memiliki AUM di bidang lingkungan hidup ke depan. Beliau akan meneruskan hasil pertemuan ini kepada Dr. H. Anwar Abbas, M.M., M.Ag, ketua bidang lingkungan hidup Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

MLH Jawa Tengah pun diminta mempersiapkan diri bila dipanggil untuk mempresentasikan konsep amal usaha Muhammadiyah di bidang lingkungan hidup ke PP Muhammadiyah.

*(mlhjateng/alif.s)

Posting Komentar untuk "MLH PWM Jawa Tengah Presentasikan Konsep AUM Pengelola Sampah di LPM UMY"