Tema tambang tiba-tiba menjadi trending topic di Muhammadiyah. Konsolidasi Nasional Muhammadiyah pada tanggal 27 - 28 Juli 2024 menyatakan Muhammadiyah menerima IUP sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 25 Tahun 2024 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Di berbagai media online diberitakan bahwa kesiapan Muhammadiyah menerima IUP ini dilandasi pertimbangan pokok, yaitu ingin mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial untuk orang banyak. Selain itu, Muhammadiyah juga ingin menjadi role model dalam pengelolaan sumber daya alam yang tidak mengkesampingkan aspek lingkungan, sosial, dan keadilan.
Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir,
M.Si, Muhammadiyah menunjuk Prof. Dr.
Muhadjir Effendy, M.A.P., ketua PP Muhammadiyah menjadi ketua tim yang akan
mengelola tambang nantinya. Penunjukan Pak Hadjir sebagai ketua tim dinilai
tepat mengingat beliau masih menjabat dalam pemerintahan sebagai Menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Berdasar inilah
Konsolidasi Nasional Muhammadiyah menunjuk mantan Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang ini sebagai ketua tim pengelolaan tambang.
Maraknya pro kontra pada keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menerima tawaran Izin Usaha Pertambangan (IUP) tidak menyurutkan semangat Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam) Pati untuk tetap fokus bergerak mewujudkan sistem pertanian terpadu berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang berwawasan lingkungan hidup dan kemanfaatan sosial.
Pada hari Ahad, 5 Agustus 2024, Jatam Pati mengadakan rembugan dan tasyakuran hasil tani di Laboratorium Bioreaktor Kapal Selam Desa Langse Kabupaten Pati. Penulis berkesempatan hadir dan menikmati hidangan hasil tani dari anggota Jatam berupa ingkung ayam, sayur gudangan, iwak petek, semangka, pepaya, jeruk, dan olahan makanan ringan dari hasil olahan pertanian.
Rembugan Jatam Pati yang dipimpin Budiyono, selaku ketua
Jatam Pati juga dihadiri Ketua Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Jawa Tengah
Muchammad Sobri, Korbid Ekonomi PDM Pati Dede Hermawan, Majelis Pemberdayaan
Masyarakat PDM Pati, Sukardi, dan Kepala Desa Langse, Amrudin.. Rembugan
membahas sedikit isu pertambangan dan lebih banyak membahas tentang peran Jatam
Pati untuk mengembangkan bisnis pertanian terpadu dari hulu sampai ke hilir.
Budiyono menyampaikan fokus Jatam Pati pada tahun pertama
ada dua program. Pertama, pemberdayaan peternak kambing dengan sistem
penyediaan induk jantan 1 ekor dan induk betina 3 ekor. Program pertama ini
ditujukan kepada jamaah tani yang memiliki potensi alam untuk beternak kambing
tetapi kesulitan ekonomi dalam pengadaan kandang dan kambing. Menurut beliau,
program ini direncanakan bersinergi dengan Lazismu Pati dan Lazismu PWM Jawa
Tengah. Kedua, pemanfaatan limbah pertanian menjadi pakan ternak dan pupuk.
Program ini menjadi program bisnis yang menjanjikan. Potensi Pati terutama di
daerah Langse hingga Gembong adalah sebagai produsen ketela. Bonggol ketela
yang menjadi limbah pertanian dapat dikelola sebagai bahan pembuatan pakan
ternak.
Lokasi produksi di Desa Langse mendapat dukungan penuh dari Kepala Desa Langse, Amrudin. Kepala Desa yang menjabat selama 3 periode ini ternyata adalah aktivis Pemuda Muhammadiyah saat masih di Boyolali. Beliau memaparkan tentang limbah bonggol singkong di desanya yang selama ini diangkut ke Rembang untuk diolah jadi pakan ternak. Maka jika Jatam Pati mampu mengelola limbah pertanian menjadi pakan ternak dengan kualifikasi yang baik, beliau siap mendukung regulasi proses bisnis dengan peternak-peternak besar di desanya. Jatam Pati sudah memiliki mesin yang dirangkai oleh Dr. Muchammad Sobri, S.Pt., M.P. Menurut Dr. Sobri, mesin tersebut selain dapat dipergunakan untuk pengolahan limbah pertanian untuk pembuatan pakan ternak, juga dapat untuk membuat pupuk maupun pengolahan sampah organik dan an organik. Mesin yang nantinya dipergunakan oleh Jatam Pati untuk pembuatan pakan ternak dari limbah pertanian.
Dr. Sobri, selaku ketua Majelis Lingkungan Hidup PWM Jawa
Tengah menyatakan bahwa program pertanian terpadu milik Jatam dikolaborasikan
dengan program MLH Energi Baru Terbarukan berbasis Internet of Things (IoT).
Gas dan listrik dihasilkan dari limbah pertanian untuk menopang sistem
pengairan tanaman. Dengan perpaduan teknologi ini, petani bisa mengatur sendiri
tanpa ada batasan ruang dan waktu.
Ketika penulis bertanya tentang bagaimana jika teknologi EBT
ber IoT milik MLH PWM Jawa Tengah menjadi solusi persoalan lingkungan akibat
pertambangan, beliau menjawab sangat bisa. Teknologi milik MLH PWM Jateng ini
bisa menjadi solusi bagi persoalan lingkungan pasca tambang, baik lingkungan
hidup maupun lingkungan sosial. Tentunya MLH tidak bisa sendirian, harus
berkolaborasi dengan Majelis dan Lembaga lainnya seperti Lazismu, Majelis
Pemberdayaan Masyarakat, dan Majelis Hukum dan HAM. Konsep teknologi EBT ber
IoT milik MLH Jateng bertujuan untuk mengembalikan kemanfaatan alam pasca
tambang. EBT bisa dibangun di lahan pertambangan. Teknologi ini sudah dipakai
di Medco Anambas Kepulauan Riau.
Menariknya, Dr. sobri ini adalah kader didikan langsung
tanpa perantara dari Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P, ketua tim penanganan
tambang semenjak di Universitas Muhammadiyah Malang. Maka patut ditunggu apakah
PP Muhammadiyah akan mengajak MLH PWM Jateng untuk penanganan pasca tambang?
Penulis : Irwan Setiabudi, M.M.R. Anggota Majelis Lingkungan Hidup PWM Jawa Tengah
Posting Komentar untuk "Rembug Jatam Pati : Disaji Ingkung Ayam Bahas Tambang hingga Bisnis Pakan Ternak"